MAKALAH
PENDEKATAN-PENDEKATAN
DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
Disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum MI/SD
Dosen Pengampu:
Hamidah Abdul Shomad, M.Pd.I
Oleh:
Kelompok 6
- Ananda Mita Ufatun Ni’mah (17205163287)
- Ana Ayu Rufaida (17205163132)
- Anis Khoirunnisa (17205163167)
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TULUNGAGUNG
Oktober
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya atas
perkenan-Nya tugas penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah
yang berjudul “Pendekatan-pendekatan
dalam Pengembangan Kurikulum” ini ditulis guna untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengembangan Kurikulum MI/SD.
Pada
kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.
Maftukhin, M.Ag selaku rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung
2. Hamidah Abdul Shomad, M.Pd.I. selaku dosen pengampu
3. Teman-teman
dan semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat dan mendapat ridha dari Allah SWT.
Tulungagung, 03 Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR
ISI ....................................................................................................... ii
BAB I :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ............................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................... 1
BAB II
: PEMBAHASAN
A. Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum. .2
1.Pendekatan Bidang Studi.................................................
2
2.Pendekatan Rekonstruksionisme....................................... 3
3.Pendekatan Humanistik....................................................
4
4.Pendekatan Pembangunan Nasional................................. 7
5.Pendekatan Interdisipliner................................................ 10
6.Pendekatan Kompetensi.................................................... 13
BAB III : PENUTUP
A. Simpulan... ........................................................................... 16
B. Saran..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................
....................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang
sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan
alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha
yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik,
intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya. Dengan memahami kurikulum,
para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, metode,
tekhnik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat.
Untuk itu, dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan
ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas
pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu,
sudah sewajarnya para pendidik memahami kurikulum serta berusaha
mengembangkannya.[1]
Berdasarkan
uraian diatas maka pada makalah ini kami akan membahas beberapa pendekatan yang digunakan
dalam rangka mengembangkan kurikulum pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam pengembangan
kurikulum?
C. Tujuan
1.
Untuk mendeskripsikan pendekatan-pendekatan dalam
pengembangan kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan-Pendekatan
dalam Pengembangan Kurikulum
Pendekatan
lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja
dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang
dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil
kerja yang lebih baik. Kurikulum merupakan rencana dan pengaturan mengenai
bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Caswell mengartikan pengembangan
kurikulum sebagai alat untuk membantu guru melakukan tugas mengerjakan bahan,
menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat.[2]
Berdasarkan
uraian diatas maka pendekatan pengembangan kurikulum adalah usaha dan
langkah-langkah menerapkan strategi dan beberapa metode yang tepat dengan
mengikuti prosedur pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum
yang lebih baik.
Berikut
macam-macam pendekatan dalam pengembangan kurikulum, antara lain sebagai
berikut.
1.
Pendekatan
Subjek Akademik (Pendekatan Subjek atau Disiplin Ilmu)
Pada pendekatan subjek akademik menggunakan
bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum, misalnya
matematika, sains, sejarah, geografi, IPA dan IPS dan sebagainya seperti yang
lazim didapati dalam sistem pendidikan sekarang ini di semua sekolah dan
perguruan tinggi. Prioritas
pendekatan ini adalah mengutamakan sifat perencanaan program dan juga
mengutamakan penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu.[3] Kurikulum subjek akademik
tidak berarti hanya menekankan pada materi yang disampaikan, dalam perkembangannya berangsur-angsur
memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa.
Dalam pendekatan subjek akademik memiliki tujuan
untuk pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan
ide-ide dan proses penelitian. Siswa harus belajar menggunakan pemikiran,
sehingga diharapkan siswa mempunyai konsep dan cara yang terus dapat
dikembangkan dalam masyarakat yang luas. Metode yang digunakan dalam pendekatan akademik
adalah pendekatan metode ekspositori dan inkuri. Ide-ide
diberikan guru kemudian dielaborasi siswa sampai mereka kuasai. Konsep utama
disusun dengan sistematis dan diberi ilustrasi yang jelas untuk selanjutnya
dikaji, diharapkan siswa akan menjadi lebih mengerti tentang materi dan bisa
mengkaji materi juga menemukan solusi atas problematikanya sendiri.[4]
2.
Pendekatan
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali.
Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran
yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme,
gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya
memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada
saat sekarang ini. Aliran ini berpendapat bahwa sekolah
harus mendominasi atau mengarahkan perubahan (rekonstruksi) pada tatanan sosial
saat ini.[5]
Pendekatan ini
juga disebut rekonstruksi sosial karena memfokus kurikulum pada masalah-masalah
penting yang dihadapi dalam masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, dan
lain-lain. Dalam gerakan rekonstruksionisme terdapat dua kelompok utama yang
sangat berbeda pandangan tentang kurikulum, antara lain sebagai berikut.
a.
Rekonstruksionisme
Konservatif
Aliran ini
menginginkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan
individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang
paling mendesak yang dihadapi masyarakat, masalah-masalah dapat bersifat lokal
dan bersifat daerah nasional, regional dan internasional bagi pelajar SD sampai
dengan Perguruan Tinggi. Peranan guru sebagai orang yang menganjurkan perubahan
(agent of change) mendorong siswa
menjadi partisipan aktif dalam proses perbaikan masyarakat.
b.
Rekonstruksionisme Radikal
Pendekatan ini
berpendapat bahwa banyak Negara mengadakan pembangunan dengan merugikan rakyat
kecil, yang miskin yang merupakan mayoritas masyarakat. Golongan radikal ini
menganjurkan agar pendidikan formal maupun pendidikan nonformal mengabdikan
diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan
kekayaan yang lebih adil dan merata.
Untuk
pendirian yang saling bertentangan ini, baik yang konservatif maupun yang
radikal mempunyai unsur kesamaan. Masing-masing berpendirian bahwa misi
sekolah, ialah untuk mengubah dan memperbaiki masyarakat.[6]
3.
Pendekatan
Humanistik
Pendekatan
pembelajaran humanistik memandang manusia sebagai subyek yang bebas merdeka
untuk menentukan arah hidupnya. Manusia bertanggungjawab penuh atas hidupnya
sendiri dan juga atas hidup orang lain. Pendekatan yang lebih tepat digunakan
dalam pembelajaran yang humanistik adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan
ekspresif. Pendekatan dialogis mengajak peserta didik untuk berpikir bersama
secara kritis dan kreatif. Pendidik tidak bertindak sebagai guru melainkan
fasilitator dan partner dialog, pendekatan reflektif mengajak peserta didik untuk
berdialog dengan dirinya sendiri, sedangkan pendekatan ekspresif mengajak
peserta didik untuk mengekspresikan diri dengan segala potensinya (realisasi
dan aktualisasi diri). Dengan demikian pendidik tidak mengambil alih tangung
jawab, melainkan sekedar membantu dan mendampingi peserta didik dalam proses
perkembangan diri, penentuan sikap dan pemilahan nilai-nilai yang akan
diperjuangkannya.
Pendidikan
yang humanistik menekankan bahwa pendidikan pertama-tama dan yang utama adalah
bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi-pribadi dan
antar pribadi dan kelompok di dalam komunitas sekolah. Relasi ini berkembang
dengan pesat dan menghasilkan buah-buah pendidikan jika dilandasi oleh cinta
kasih antar mereka. Pribadi-pribadi hanya berkembang secara optimal dan relatif
tanpa hambatan jika berada dalam suasana yang penuh cinta (unconditional love), hati yang penuh pengertian (understanding heart) serta relasi
pribadi yang efektif (personal
relationship). Dalam mendidik seseorang kita hendaknya mampu menerima diri
sebagaimana adanya dan kemudian mengungkapkannya secara jujur (modeling). Mendidik tidak sekedar
menransfer ilmu pengetahuan, melatih keterampilan verbal kepada para peserta
didik, namun merupakan bantuan agar peserta didik dapat menumbuhkembangkan
dirinya secara optimal.[7]
Mendidik
yang efektif pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang menghadirkan diri
sedemikian rupa sehingga pendidik memiliki relasi bermakna antara pendidikan
dengan para peserta didik sehingga mereka mampu menumbuh kembangkan dirinya
menjadi pribadi dewasa dan matang. Pendidikan yang efektif adalah yang berpusat
pada siswa atau pendidikan bagi siswa. Dasar pendidikannya adalah apa yang men-
“dunia”, minat, dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Pendidik membantu
peserta didik untuk menemukan, mengembangkan dan mencoba mempraktikkan
kemampuan-kemampuan yang mereka miliki (the
learners-centered teaching). Ciri utama pendidikan yang berpusat pada siswa
adalah bahwa pendidik menghormati, menghargai dan menerima siswa sebagaimana
adanya. Komunikasi dan relasi yang efektif sangat diperlukan dalam model
pendidikan yang berpusat pada siswa, sebab hanya dalam suasana relasi dan
komunikasi yang efektif, peserta didik akan dapat mengeksplorasi dirinya,
mengembangkan dirinya dan kemudian mem- “fungsi” -kan dirinya di dalam
masyarakat secara optimal.
Tujuan
sejati dari pendidikan seharusnya adalah pertumbuhan dan perkembangan diri
peserta didik secara utuh sehingga mereka menjadi pribadi dewasa yang matang
dan mapan, mampu menghadapi berbagai masalah dan konflik dalam kehidupan
sehari-hari. Agar tujuan ini dapat tercapai maka diperlukan sistem pembelajaran
dan pendidikan yang humanistik serta mengembangkan cara berpikir aktif-positif
dan keterampilan yang memadai (income
generating skills). Pendidikan dan pembelajaran yang bersifat aktif-positif
dan berdasarkan pada minat dan kebutuhan siswa sangat penting untuk memperoleh
kemajuan baik dalam bidang intelektual, emosi/perasaan (EQ), afeksi maupun
keterampilan yang berguna untuk hidup praktis. Tujuan pendidikan pada
hakikatnya adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan hendaknya membantu
peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi yang lebih
bermanusiawi (semakin “penuh” sebagai manusia), berguna dan berpengaruh di
dalam masyarakatnya, yang bertanggungjawab dan bersifat proaktif dan
kooperatif. Masyarakat membutuhkan pribadi-pribadi yang handal dalam bidang
akademis, keterampilan atau keahlian dan sekaligus memiliki watak atau
keutamaan yang luhur. Singkatnya pribadi yang cerdas, berkeahlian, namun tetap
humanis.[8]
Pendekatan
humanistik dalam kurikulum didasarkan atas asumsi-asumsi sebagai berikut.[9]
a.
Siswa akan lebih giat lagi belajar dan bekerja bila
harga dirinya dikembangkan sepenuhnya.
b.
Siswa yang diturutsertakan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya.
c.
Hasil belajar akan meningkatkan dalam suasana belajar
yang diliputi oleh rasa saling mempercayai, saling membantu dan bebas dari
ketegangan yang berlebihan.
d.
Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi
tanggung jawab kepada siswa atas kegiatan belajarnya.
e.
Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan
penting dalam penguasaan bahas pelajaran itu.
f.
Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar
memupuk rasa harga diri.
4. Pendekatan Pembangunan Nasional
Pendekatan ini
mengandung tiga unsur, antara lain sebagai berikut.[10]
a. Pendidikan
kewarganegaraan.
Berorientasi
pada sistem politik negara yang menentukan peranan, hak dan kewajiban tiap
warganegara. Dalam masyarakat demokratis, warganegara dapat dimasukkan dalam
tiga kategori yakni sebagai berikut.
1) Warga
negara yang apatis, acuh tak acuh dan
tak berpasipasi dalam proses politik.
2) Warga
negara yang pasif, yang
partisipasinya minimal (misalnya hanya turut dalam pemilihan umum)
3) Warga
negara aktif, yang turut aktif
merumuskan policy kebijaksanaan, memilih wakil, memperbaiki undang – undang dan
mengubah peraturan yang tidak adil.
Peranan
pendidikan ialah mempersiapkan siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan
dan sikap untuk disumbangkan kepada kesejahteraan umum sebagai warganegara
aktif.
R. freeman
Butts dalam “The Revival of Civic Learning” mengemukakan daftar sepuluh konsep,
yang menurut pendapatnya, dapat dijadikan asas kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan, yakni sebagai berikut.[11]
1) Keadilan
(justice)
2) Kemerdekaan
(freedom), hak kebebasan asasi bagi
semua warganegara, yakni :
a) hak
hidup sebagai manusia terhormat, bebas untuk merealisasakan diri, aman terhadap
ancaman, dan lain – lain;
b) hak
bicara, berfikir, menulis dan mengeluarkan pendapat tanpa halangan yang tak
layak;
c) hak
untuk berpartisipasikan penuh dalam pemerintahan.
3) Kesamaan
(equality), kesamaan hak dan
kesempatan.
4) Keragaman
(diversity), keseimbangan dalam
keragamn agar terdapat pluralisme yang seimbang.
5) Otoritas
(authority), kekuasaan yang diperoleh
secara moral, legal, dan disahkan oleh peraturan, undang – undang, dan tradisi.
6) Ke-prive-an
(privacy). Hak untuk tidak diganggu
dan hak untuk menentukan keterangan pribadi apa yang dapat disampaikan kepada
orang lain.
7) Proses
hukum (due process), hak pelindungan
di bawah undang – undang bila dan jika ada tuduhan, perlindungan terhadap hukuman
dan penahanan yang sewenang – wenang.
8) Partisipasi
(participation), kesempatan untuk
turut serta secara langsung dalam pemerintahan lokal, tingkatan mikro, maupun
melalui perwakilan pada tingkatan makro.
9) Kewajiban
pribadi bagi kesejahteraan umum, (personal
obligation for the poblic good) rasa kewajiban dan tanggung jawab moral terhadap orang lain, pada taraf
lokal, nasional, maupun internasional, seiring dengan rasa royalitas,
partiotisme, disiplin dan kewajiban terhadap Negara.
10) Hak asasi manusia internasional (international
human rights), pemahaman global mengenai hak asasi manusia, menuju “ dunia
yang lebih adil”.
Selain konsep – konsep diatas kebanyakan program
Pendidikan Kewarganegaran juga mengajarkan berbagai keterampilan seperti
kepemimpinan, berfikir kritis, pemecahan masalah, dan sebagainya serta sikap
yang dituntut dari tiap warganegara yang baik.[12]
b. Pendidikan
Pembangunan Nasional
Tujuan
pendidikan ini ialah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan. Untuk itu harus diadakan proyeksi kebutuhan tenaga kerja
yang cermat. Pada pakar tenaga kerja harus memperhitungkan dengan eksak jumlah
guru, ahli kimia, insinyur petanian, ahli bedah, dan sebagainya yang diperlukan
tiap tahun. Sistem pendidikan diatur sedemikian rupa sehingga mampu
menghasilkan tenaga kerja menurut spesifikasi yang telah diproyeksikan dalam
batas kemampuan keuangan negara. Para pengembang kurikilum bertugas untuk
mendisain program yang sesuai dengan analisi jabatan yang akan diduduki. Suatu
siste yang tentang komprehensif harus disusun untuk menjaring mereka yang
memperlihatkan bakat yang sesuai dengan program tertentu.
c. Pendidikan
Keterampilan untuk Kehidupan Praktis
Keterampilan
yang diperlukan bagi kehidupan sehari – hari dapat dibagi dalam beberapa
kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan akan tetapi juga mengandung aspek
pengetahuan dan sikap, yakni:[13]
1) Keterampilan
untuk mencari nafkah dan rangka sistem ekonomi sauatu negara.
2) Keterampilan
untuk mengembangkan masyarakat.
3) Keterampilan
untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
4) Keterampilan
sebagai warga negara yang baik.
5. Pendekatan Interdisipliner
Di
bawah ini akan kita bicarakan beberapa pendekatan interdisipliner dalam
pengembangan kurikulum.[14]
a.
Pendekatan
Broad-Field
Pendekatan
ini berusaha mengintregasikan beberapa disiplin atau mata pelajaran yang saling
berkaitan agar siswa memahami ilmu pengetahuan tidak berada dalam vakum atau
kehampaan akan tetapi merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.
Misalnya banyak sekolah mengajarkan IPS dengan membicarakan “lingkungan rumah”
atau “ orang yang berjasa di rumah”. Untuk itu guru menyiapkan suatu unit yang
antara lain dapat membicarakan letak rumah (dibuat peta), ibu yang tiap hari
mengurus rumah tangga, kakak membantu membersihkan rumah, pendapatan tukang
sayur, tukang koran yang mengantarkan koran tiap pagi, biaya rumah tangga tiap
hari, dan lain-lain.
Dalam
pelajaran itu telah dilibatkan berbagai disiplin ilmu seperti geografi (lokasi
rumah), ekonomi (biaya rumah tangga), sosial (saling membantu dalam lingkungan
keluarga).
Pendekatan
Broad-Field pada hakekatnya adalah penyatuan beberapa mata pelajaran
yang sejenis, seperti IPA (didalamnya tergabung ada fisika, biologi dan kimia)
dan IPS. Kurikulum bentuk ini sebagai upaya penggabungan dari mata
pelajaran-mata pelajaran yang terpisah-pisah dengan maksud untuk mengurangi
kekurangan yang terdapat dalam bentuk mata pelajaran. Korelasi kurikulum
merupakan penggabungan dari mata pelajaran yang sejenis secara insidental.
Dari
bahan kurikulum yang terlepas-lepas diupayakan disatukan dengan bahan kurikulum
atau mata pelajaran yang sejenis sehingga dapat memperkaya wawasan siswa dari
berbagai disiplin ilmu. Tetapi kenyataan di lapangan atau di sekolah terbukti
bahwa guru-guru masih berpegang pada latar belakang pendidikannya. Seumpamanya
seorang guru sejarah mengajarkan bidang studi IPS, tetapi dalam pelaksanaannya
masih mengutamakan pelajaran sejarahnya daripada substansi IPS itu sendiri.
Demikian
pula dalam penilaiannya cenderung akan banyak mengukur atau menilai substansi
sejarahnya daripada substansi IPSnya. Salah satu penyebabnya karena guru yang
bersangkutan belum memahami prinsip-prinsip pola penggabungan mata pelajaran
tersebut.
Bahan
pelajaran dalam kurikulum ini memungkinkan substansi pelajarannya memiliki
pengertian-pengertian yang lebih mendalam dibanding dengan mata pelajaran yang
terpisah-pisah. Dalam korelasi kurikulum masih memungkinkan guru akan lebih
banyak memberikan substansi prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga guru dapat
menyampaikan materi atau membimbing siswa untuk mempelajari bahan pelajaran
secara utuh (dalam lingkup bord field) dan dapat meningkatkan daya tarik
siswa terhadap pelajaran tersebut.[15]
b.
Pendekatan Kurikulum Inti (core curriculum)
Kurikulum
ini banyak persamaannya dengan broad-field,
karena juga menggabungkan berbagai disiplin ilmu. Kurikulum diberikan
berdasarkan suatu masalah sosial atau personal. Untuk memecahkan masalah itu
digunakan bahan dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah ituKurikulum
ini merupakan bagian dari kurikulum terpadu (integrated curriculum).
Beberapa karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah :[16]
1)
kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue)
selalu berkaitan dan direncanakan secara terus-menerus.
2)
isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian
dari pengalaman yang saling berkaitan.
3)
isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah
maupun problema yang dihadapi secara aktual.
4)
isi kurikululm cenderung mengambil atau mengangkat
substansi yang bersifat pribadi maupun sosial.
5)
isi kurikulum ini lebih difokuskan berlaku untuk semua
siswa, sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum tetapi substansinya
bersifat problema, pribadi, sosial dan pengalaman yang terpadu.
Kurikulum
ini selalu menggunakan bahan-bahan dari berbagai mata pelajaran atau disiplin
ilmu guna menjawab atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi atau yang
dipelajari siswa. Tidak menutup kemungkinan bahwa aspek lingkungan pun menjadi
bahan yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum ini. Seperti
telah dikemukakan di atas, bahwa core curriculum adalah bagian dari
kurikulum terintegrasi atau kurikulum terpadu, sehingga program pembelajaran
untuk kurikulum ini harus dikembangkan secara bersama-sama antara guru dengan
siswa. Dalam prosesnya, kurikulum terpadu perlu didukung oleh kemampuan guru
dalam mengelola waktu dan kegiatan sehingga aktivitas dan substansi materi yang
dipelajari siswa menjadi lebih efektif, efisien dan bermakna.
c.
Pendekatan Kurikulum Inti di
Perguruan Tinggi
Istilah
inti (core) juga digunakan dalam
kurikulum perguruan tinggi. Dengan “core”
dimaksud pengetahuan inti/pokok yang diambil dari semua disiplin ilmu yang
esensial mengenai kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang dianggap layak dimiliki
oleh tiap orang terdidik dan terpelajar.
d.
Pendekatan Kurikulum Fusi
Kurikulum
ini men-fusi-kan atau menyatukan dua atau lebih disiplin tradisional menjadi
studi baru misalnya : geografi + botani + arkeologi menjadi earth sciences.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi sering memaksa diadakannya fusi antara beberapa
disiplin tradisional, misalnya:
biologi
+ fisika => biofisika
biologi
+ kimia => biokimia atau
biogenetika
Semua
pendekatan interdisipliner ini mempunyai tujuan yang sama, yakni agar
mengajar-belajar lebih relevan dan bermakna serta lebih mudah dipahami dalam
konteks kehidupan kita.[17]
6.
Pendekatan
Kompetensi
Pendekatan
kompetensi merupakan pendekatan pengembangan kurikulum yang memfokuskan pada
penguasaan kompetensi tertentu berdasarkan tahap-tahap perkembangan peserta
didik. Peserta didik berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari
seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan
sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan. Setiap
tahap perkembangan memiliki sejumlah potensi bawaan yang dapat dikembangkan,
tetapi pemekarannya sangat tergantung pada kesempatan yang ada dan kondisi
lingkungannya. Pendidikan merupakan lingkungan utama yang memberikan kesempatan
dan dukungan bagi perkembangan potensi-potensi peserta didik.
Setiap peserta
didik memiliki potensi bawaan sendiri-sendiri meskipun aspek-aspek
perkembangannya sama tetapi tingkatannya berbeda-beda. Seorang peserta didik
memiliki kemampuan berpikir matematis yang tinggi, tetapi peserta didik lain
berpikir ekonomi, politik, keruangan, keterampilan sosial, atau komunikasi yang
tinggi. Guru-guru diharapkan dapat mengenali dan memahami potensi-potensi,
terutama potensi-potensi tinggi yang dimiliki peserta didiknya. Dengan bekal
pemahaman tersebut, mereka diharapkan dapat membantu mengembangkan
potensi-potensi peserta didik sehingga dapat berkembangan secara optimal.[18]
Keterlibatan pendekatan kompetensi terhadap
pembelajaran adalah sebagai berikut.[19]
a.
Pembelajaran
perlu lebih menekankan pada pembelajaran individual meskipun dilaksanakan
secara klassikal, dalam hal ini, tugas diberikan kepada peserta didik secara
individu, bukan secara kelompok.
b.
Perlu
diadakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan strategi dan media yang bervariasi yang
memungkinkan setiap peserta didik mengikuti kegiatan belajar dengan tenang dan
menyenangkan.
c.
Pembelajaran
perlu diberikan waktu yang cukup, terutama dalam penyelesaian tugas
pembelajaran agar setiap peserta didik dapat mengerjakan tugas belajar dengan
baik.
Dalam kaitannya dengan pengembangan pembelajaran
berdasarkan pendekatan kompetensi, Ashan dalam E. Mulyasa, mengemukakan tiga
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a.
menetapkan
kompetensi yang ingin dicapai.
b.
mengembangkan
strategi untuk mencapai kompetensi
c.
evaluasi.
Dalam penilaian penguasaan kompetensi, ada tiga
hal penting yang harus diperhatikan guru, yaitu sebagai berikut.
a.
Sasaran
penilaian tidak hanya terfokus pada kemampuan tertulis dan lisan saja, tetapi juga tingkat untuk kerja (performance) pelaksanaan tugas yang
telah ditetapkan.
b.
Kriteria
penilaian adalah persyaratan minimal pelaksanaan tugas-tugas.
c.
Sasaran
utama adalah penguasaan kemampuan (exit requirements) dan bukan pada
cara atau waktu pencapaian.
Adapun tujuan pendekatan kompetensi adalah
penjaringan dan pengelolaan informasi dengan imbal balik secara teratur untuk
melakukan perbaikan secara berkesinambungan sehingga kurikulum memiliki
mekanisme untuk memperbaiki diri, baik dari tingkat lembaga maupun tingkat
nasional. Sedangkan
metode yang digunakan diantaranya, yaitu: mengidentifikasi kompetensi,
merumuskan tujuan pendidikan, menyusun pengalaman belajar, menetapkan topik dan subtopik, menetapkan waktu, mengalokasikan waktu, nama mata
pelajaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Macam-macam
pendekatan dalam pengembangan kurikulum, antara lain sebagai berikut.
a. PendekatanPendekatan
Subjek Akademik (Pendekatan Subjek atau Disiplin Ilmu)
b. Pendekatan
Rekonstruksionisme
c. Pendekatan
Humanistik
d. Pendekatan
Pembangunan Nasional
e.
Pendekatan Interdisipliner
f. Pendekatan
Kompetensi
B.
Saran
1. Untuk
pendidik dan calon pendidik diharapkan mampu memahami dan menerapkan
pendekatan-pendekatan dalam pengembengan kurikulum dengan baik di dalam dunia
pendidikan.
2. Diharapkan
antara pendidik dan peserta didik saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan
baik agar pendekatan ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Ajie. 2015. Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum. http://ajiezaenulamry.blogspot.co.id/2015/08/makalah-tentang-pendekatan-pengembangan.html, diakses pada Rabu, 3 Oktober 2017
E. Mulyasa.
2010. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nasution. 1989. Kurikulum
dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sahar.
2015. Makalah Pendekatan dan Pengembangan
Kurikulum. http://mytugasmm.blogspot.co.id/2015/06/makalah-pendekatan-dan-pengembangan.html,
diakses pada Rabu, 4 Oktober 2017
Yulianik.
2016. Pendekatan dalam Pengembangan
Kurikulum. http://yulianikblogspot.blogspot.co.id/2016/12/800x600-normal-0-false-false-false-in-x.html, diakses pada Rabu, 3 Oktober 2017
[2]
Sahar, Makalah Pendekatan dan
Pengembangan Kurikulum, http://mytugasmm.blogspot.co.id/2015/06/makalah-pendekatan-dan-pengembangan.html,
diakses pada Rabu, 4 Oktober 2017
[3]
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1989), hal. 43-44
[4]
Yulianik, Pendekatan dalam Pengembangan
Kurikulum, http://yulianikblogspot.blogspot.co.id/2016/12/800x600-normal-0-false-false-false-in-x.html,
diakses pada Rabu, 3 Oktober 2017
[5]
Ajie, Pendekatan dalam Pengembangan
Kurikulum, http://ajiezaenulamry.blogspot.co.id/2015/08/makalah-tentang-pendekatan-pengembangan.html,
diakses pada Rabu, 3 Oktober 2017
[6]
Ibid.,
[7]
Ibid.,
[8]
Ibid.,
[9]
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran,..hal.
49-50
[10]
Ibid., hal.55
[11]
Ibid., hal.56
[12]
Ibid.,
[13]
Ibid., hal. 58
[14]
Ibid., hal.44-47
[15]
Ibid., hal. 45
[16]
Ibid.,
[17]
Ibid., hal.47
[18]
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis
Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 68
[19]
Ajie, Pendekatan dalam Pengembangan
Kurikulum...diakses pada Rabu, 3 Oktober 2017
[1]
Yulianik, Pendekatan dalam Pengembangan
Kurikulum, http://yulianikblogspot.blogspot.co.id/2016/12/800x600-normal-0-false-false-false-in-x.html,
diakses pada Rabu, 3 Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar